Dan jika aku mengingat lagi tentang bagaimana awal “kita”, rasanya
semua begitu lucu, membuatku tersenyum-senyum sendiri saat mengingatnya.
Dan aku menyempatkan menulis ini di sela-sela kesibukanku bergulat
dengan skripsi, yang sebenarnya tidak terlalu memusingkan, tp hanya
butuh ”berpikir”, haha.. Berbeda dengan aku menulis ini, tanpa
“berpikir”, mengalir seperti air.. Tapi ini bukan air banjir, melainkan
air kesejukan yang akan menyejukkan hati siapa saja yang menyentuhnya,
sebagai pertanda 2 tahun “kita”..
Dari “2 April menjadi 2 Desember” ke “20 Desember”
Dan ternyata 2 April adalah sebuah permulaan dari perjalanan panjang yang tiada tahu kapan ujungnya..
Juni, 2012..
“Ah, kamu tuh ya, tenang dong, masa gitu aja nangis..” katanya.
“Ya
aku bete aja, kamu tau gak sih kalo kesempatan sembuhku jadi tertunda
gara-gara kita terlambat nyampe sini, aku uda terlalu lama merasakan
nyeri berkepanjangan, dan kamu gag tau betapa menderitanya aku,” kataku
dalam hati, tapi namanya juga cewe, kalo mau ngomongin segala sesuatu
yang susah diungkapin, maka ia lebih memilih untuk menangis. Apalagi
kamu besok mesti kerja, trus gimana? Kapan lagi kita mau ke sini?
Dia mengambil hape di tas, mencari-cari sebuah nama di kontak hapenya, lalu meneleponnya..
“Hallo,
Bro.. Sorry banget nih besok kayaknya aku gak bisa ke Semarang.. Iya,
anterin ceweku, ada urusan nih.. Oke thanks yah, Bro!!”
Dimatikan telepon itu..
Aku
yang sedari tadi dengerin sambil memain-mainkan sedotan di segelas teh
hangatku, sambil sesekali pula menghapus air mata yang jatuh tanpa minta
izin, gag tau malu dan gag tau tempat pula, masa iya di kantin rumah
sakit bedah juga nangis, dikira kan ada apaaaa gitu, hadeuh..
“Aku
besok gak kerja kok. Besok pagi-pagi sekali kita ke sini lagi ya? Uda
dong jangan nangis lagi,” Katanya sambil menghapus air mataku.
Seolah-olah tanpa dikasih tau pun, dia bisa membaca apa yang ada di
dalam hatiku.
“Bener?” tanyaku sumringah.
“Iya.. Ya udah kita pulang yuk?” ajaknya.
“Ah gak mau, aku mau jalan-jalan aja,” jawabku seenaknya.
“Ke mana?” tanyanya.
“Ke mana ajaa dong,” jawabku.
Sampai di Surakarta, “Huek huekkk,” Yah, aku muntah lagi.
“Ya
ampun, kamu gak apa-apa? Kita pulang aja, kondisi kamu gak fit buat
jalan-jalan..” Sesampainya di ruang tamu, “Huek huekk,” aku muntah lagi,
mana ni muntahan bener-bener gak tau tempat. Di luar tadi napa, eh
malah di ruang tamu, siapa yang mau ngepel? Mana bau pula, hihhh..
“Pelnya
di mana?” Dan dia pun mengepel lantai yang penuh dengan muntahku di
mana-mana. Jadi tadi niatnya mau keluar gitu, nyari tempat buat muntah,
eh taunya muntahnya malah gak ketahan, keluar di ruang tivi sampe pintu
tengah, hiyy jorok amat gue ini? Jadi dia ngepel dari ruang tamu, ruang
tivi, sampai pintu tengah. Salut!! Gue aja jijik ma muntahan gue
sendiri, beuhh.. :D
Pagi-pagi sekali dia udah dateng ke rumahku,
lalu kita pun ke Surakarta lagi. Hawa yang begitu dingin di pagi itu,
115km/h lumayan lah bikin aku terbang. Fiuh, tiba juga di Rumah Sakit
Khusus Bedah Karima Utama, Surakarta.
Yeah, akhirnya aku dapet
antrian nomor 4 saat aku tiba pada pukul 05.45. Pukul 07.00 mulai antri
pemeriksaan. Ke ruang terapi, radiologi, ke ruang pemeriksaan, balik
lagi ke ruang terapi, balik lagi ke ruang pemeriksaan. Dari tiap-tiap
ruang itu antrinya minta ampun. Dari antri yang lamaaa sekali itu,
mataku terbuka. Aku melihat ada yang jalannya lebih pincang dari aku,
ada yang tangan dan kaki serta mukanya..hmm ngeri, sepertinya habis
kecelakaan cukup parah, dan ada pula seorang nenek yang duduk di kursi
roda sementara si kakek yang mendorongnya. “Heii, kakek itu sangat setia
pada nenek,” Senyumku pun mengembang, terbersit pikiran,
ternyata..banyak yang lebih parah dari aku.
“Otot-ototnya lemah
mbak.. Ini obatnya diminum sampai habis, diulang sampai 3x lagi ya,
kalau uda habis nanti bisa beli di apotek. Ini saya kasih surat
istirahat seminggu. Banyak-banyak senam otot kayak yang udah saya ajarin
tadi ya,” Kata dokter.
“Iya, pak. Makasih ya..” Aku pun keluar
ruangan. Aku mencari-cari sesosok makhluk yang nampaknya amat kelelahan,
mengantarku ke mana-mana, menungguku..kulihat jam, “Hmm uda pukul 16.00
lebih,” kataku dalam hati. Dan ku temukan ia tertunduk lesu di bawah
pohon samping rumah sakit. Aku pun tersenyum lalu menghampirinya,
mencium pipinya dengan penuh kasih sayang. “Aku bahagia punya kamu,
meskipun aku sakit, aku masih punya kamu,” kataku dalam hati.
Juli,
Agustus, September, Oktober, November kakiku mulai membaik. Kenapa gak
dari dulu-dulu sih si Andy itu ngasih tau aku tentang dokter ini. Gak
tau apa dia kalo aku uda cape gonta-ganti dokter, minam-minum obat yang
rasanya gak ada yang manis, gak ada sirup strawberrynya pula tuh obat,
semua pahit, gak enak.. Temen kampusku yang satu itu emang deh,
hmm..but, thanks guys.. Yah, walaupun si Andy nyebelin itu juga gak
ngasih tau alamat jelasnya pula, untung ada temen kantorku (huhu
sekarang kita uda gag seruangan) yang mau nanya-nanya temennya,
saudaranya yang ada di Solo buat dapetin alamat Dokter Tundjung yang di
Sriwedari, eh malah ketemu pula alamat rumah sakitnya yang lebih deket
dari rumah. Yah semua mungkin uda direncanain sama Allah, kalo aku tuh
harus sabar..semua udah diatur, aku uda bersyukur banget diberi
kesempatan idup oleh Allah, Dia yang menyelamatkanku dari kecelakaan
malam itu. Dan tentunya terima kasih untuk kamu, yang selalu sabar
ngadepin aku, apalagi aku sakit ini, aku jadi lebih emosional. Kamu yang
mau anter aku ke mana-mana, dan gak malu punya cewe yang jalannya
aneh.. Sekarang kakiku uda lumayan sembuh.. Yang dari tadi di atas aku
tulis dengan kata “dia”.. Dialah Ryan Dwi Utomo, kekasihku yang
sebenernya gak sedatar di dialog tadi lhoh, dia itu lucu dan romantis
(ciecieee). Bukan homodatarensis kayak di dialog tadi, haha. Itu cuma
biar yang ngebaca gak pengen aja, hahaha..kalo aku tulis dialog yang
sebenarnya, beuhh bisa gawat, para cewe bisa klepek-klepek ntar, haha..
Oh ya, terima kasih buat ayah ibuku.. Terima kasih buat yang udah
ngulurin tangannya tiap aku kesusahan naik tangga kampus, haii
kawan..kita sebentar lagi lulus..semoga tahun ini, aaamiiin (lhoh, ini
aku tulis buat peringatan 2thn atau apa sih? Hhaha, yah gara-gara kebawa
suasana skripsii nih).
Desember 2012, 2 dan 20
Bulan
ini sungguh berat buatku, buat kita. Berat. Sangat Berat. Aku tak mau
menceritakannya di sini, aku cuma ingin mengingatkanmu tentang ini,
bahwa kita telah melewati cerita kita ini sama-sama.. Gak akan lagi aku
ulangi sebuah kesalahan bodohku, dan jangan kamu ulangi lagi kesalahan
bodohmu. Sebuah pembelajaran buat kita. Aku tak akan pernah
melepaskanmu, dan kumohon padamu, jagalah aku, sampai aku halal untukmu,
sampai seumur hidupku..
“Aku janji, aku gak akan pernah meninggalkanmu,” katamu.
Aku akan selalu mengingat janjimu itu.
Dan
aku pun berjanji, aku akan berusaha jadi lebih baik untukmu. Tak akan
meninggalkanmu, tak akan melepaskanmu. Dan yang hanya kita butuh
sekarang adalah ridho Tuhan kita, Allah Azza Wajala. Semoga memang benar
namamu dan namaku adalah yang tertulis di Lauhul Mahfudz sebagai
sepasang, seperti pula malam yang telah dipasangkan dengan siang, dan
Adam yang telah dipasangkan dengan Hawa.
02 April 2013..
Semakin
ke sini, aku semakin sadar mengapa ada "yin", ada "yang"..ada yang
baik, ada yang kurang baik..ada yang berpikiran simpel, ada yang
berpikiran rumit..bukan untuk saling mencela atau meninggalkan karna
berbeda, tapi untuk saling melengkapi, agar terjadi keseimbangan..untuk
saling melengkapi, agar yang baik bisa menjadikan yang kurang baik
menjadi baik..untuk saling melengkapi, agar yang tidak ada menjadi ada..
Kamu mengajariku tentang banyak hal.. tanpa ku sadari, sifat-sifat yang
kamu punya itu ternyata tak aku punyai..banyak kekuranganku yang bisa
kamu lengkapi.. dan yang aku punya, kadang tak kamu punyai..ada
kekuranganmu yang bisa ku lengkapi.. semoga selamanya kita akan selalu
saling melengkapi, kini dan nanti..
Happy anniversarry 2nd
of our relationship, honey.. Tak pernah lelah mulut ini berdoa, semoga
semoga dan semoga..cinta kita akan abadi untuk selama-lamanya, aaamiiin
aaamiiin yaa rabbal ‘alamiiin..
Aku memang bukan wanita terbaik..
Bukan yang sangat cantik hingga kau selalu terpesona melihatku..
Bukan yang sangat sempurna hingga kau tak pernah kecewa denganku..
Namun, yang harus kau mengerti..
Hatiku ini..
Akan terus terjaga..
Akan terus tersimpan..
Di relung-relungnya yang terdalam..
Namamu, wajahmu, senyummu..
Kau memang bukan penguasa di kalanganmu..
Namun, sungguh kau menguasai sepenuhnya hatiku..
Dan dengan itu, aku akan selalu mencintaimu dengan cara terbaikku..